Senin, 20 Maret 2023

Analisis Inovasi Bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta

    Kesenian wayang kulit memiliki berbagai macam nilai didalamnya, seperti nilai adi luhung yang ada pada aspek pertunjukan dan sastra, serta terdapat juga pada aspek bentuknya. Wayang kulit memiliki banyak jenis, salah satunya yaitu wayang kulit purwa gaya surakarta. Wayang kulit purwa gaya surakarta memiliki ragam bentuk, seiring berjalannya waktu bentuk-bentuk tersebut bertambah banyak dan semakin beragam. Pada wayang kulit terdapat figur kayon yang penuh dengan nilai adi luhung. Figur kayon muncul pertama kali pada 1522 Masehi atau lebih tepatnya 1443 tahun Saka. Yang diketahui pada sengkalan memet berbunyi "Geni dadi sucining jagat" yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Selanjutnya muncul bentuk baru pada 1739 M yang diciptakan oleh Sri Susuhunan Paku Buwono II dengan sengakalan memet "Gapura lima retuning bumi". Pada tahun 1856 M muncul koleksi NMVW yaitu Figur Kayon Gapuran, dimana isiannya terdapat sakembaran harimau dan banteng atau macan dan banteng.
    Dilihat melalui pendekatan Seni rupa serta teori Ikonografi, inovasi figur kayon terlihat pada keragaman bentuknya yang terdapat pada aspek bidang dan isiannya. Lalu jika dilihat dari pendekatan Sosiologis serta teori Dialektika, inovasi bentuk figur kayon terjadi karena adanya proses kreatif secara diakletis yang dilakukan oleh seniman wayang dengan pengalaman sebelumnya terhadap bentuk-bentuk kayon. Dilihat dari Pendekatan Antropologi dengan teori utama Estetika Jawa serta teori pendukung Simbol, Estetika Paradoks, Figur kayon memiliki nilai filosofis yang berada pada simbolitas unsur-unsur pembentukan setiap figurnya. Ragam bentuk figur kayon dapat dilihat dari 5 aspek, yaitu: 
  • Ragam Ukuran : Tinggi 75 - 99 cm, Lebar 38 - 59 cm.
  • Ragam Raut Bidang : Wengku, Bedhahan, Kadiwengku. 
  • Ragam Isian : terdapat 97 ragam isian, yang terdiri dari tumbuhan (20), hewan (43), makhluk mitologi (6), benda alam (11), buatan (13), dan simbol (4).
  • Ragam Tatahan : terdapat 14 ragam yaitu, bubukan, tratasan, untu walang, bubukan iring, mas-masan, gubahan, srunen, inten-intenan, sekar katu, patran, seritan, sembuliyan, pipil dan susruk. 
  • Ragam Sunggingan 
    • Sunggingan depan : Sorotan, Gemblengan, dan Padang Bulan.
    • Sunggingan belakang : Sunggingan Api, dan Sunggingan Air. 
    Inovasi bentuk figur kayon wayang kulit purwa gaya surakarta memunculkan ragam bentuk yang memiliki estetika yang disebut wanda kayon. Wanda kayon memiliki 2 bentuk yaitu kayon wanda wadon (bentuk gempal) dan kayon wanda lanang (bentuk ramping). Figur kayon memiliki berbagai macam fungsi yaitu sebagai pembukaan pertunjukan, pembatas kelir, pengganti adegan, pembagi babak, penjelma objek, penunjuk tempat, penguat suasana, dan penutup pertunjukan.  Inovasi bentuk figur kayon terjadi karena seniman mengalami pengalaman estetis serta pengalaman artistik sehingga memunculkan dialektika pada bentuk figur kayon. Figur kayon memiliki struktur yang terdiri dari pucukan (kerucut), genukan (cembung), lengkeh (cekung), palemahan (bidang datar). Obyek gambar yang terdapat pada figur kayon merupakan isian suatu lukisan. Lukisan tersebut dibuat dengan gaya etnis, yang bentang alamnya terbagi menjadi 3 yaitu pucukan, genukan, dan lengkeh.
    Bentuk figur kayon memiliki nilai filosofis yaitu pandangan manusia terhadap dunia yang disebut kosmologi. kosmologi terdiri dari 3 bentuk yaitu makrokosmos (jakat ageng dilihat dari unsur-unsur, triloka dilihat dari struktur bidang), mikrokosmos (jagat alit dilihat dari unsur-unsur, karep yaitu konsep bentuk figur diciptakan), metakosmos (sangkan paraning dumadi yaitu terdapat 3 hal yang menjadi tahapan pembuatan figur kayon pada pola bidang dan strukturnya, memaya hayaning bawana yaitu bentuk figur kayon selalu dianggap simetris. 
    Kesimpulan yang bisa saya dapatkan dari live streaming dengan judul disertasi "Inovasi Bentuk Figur Kayon Wayang Kulit Purwa Gaya Surakarta" yang dijelaskan oleh pak Pandu Pramudita yaitu terdapat sebuah pandangan manusia terhadap dunia yang dapat dilihat dari unsur-unsur, struktur bidang, serta bentuk yang terdapat pada figur kayon. Dengan nilai filosofis didalam figur-figur kayon kita bisa mengetahui tentang segala sesuatu yang ada di dunia dengan pandangan yang berbeda-beda. Pertumbuhan wayang kulit purwa gaya surakarta yang bertambah membuat bentuk yang beragam seiring berjalannya waktu. Pendekatan yang digunakan pada bahasan diatas sangat beragam seperti pendekatan seni rupa, sosiologi, serta antropologi. Serta teori yang digunakan juga sangat beragam seperti teori ikonografi, dialektika, estetika jawa, simbol, dan estetika paradoks. Pada bagian  kaidah bentuk figur kayon, bidang ideal kayon diukur menggunakan teori golden ratio. Dengan pendekatan serta teori yang beragam, kajian yang terdapat didalamnya menjadi semakin kuat. Sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang tepat dan ditemukannya temuan-temuan baru yang dapat menjadi sebuah petunjuk kepada peneliti berikutnya. Sekian dari saya, terima kasih. 

Kamis, 09 Maret 2023

Hubungan Semiotika dalam Kehidupan Sehari-hari

Ilustrasi Orang Bermain Voli
(source: pinterest)

    Semiotika merupakan ilmu tentang tanda-tanda yang memiliki hubungan dengan berbagai aspek. Sebagai contohnya kita bisa melihat hubungan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Disini saya akan menjelaskan hubungan tersebut dengan salah satu benda yang biasa saya mainkan yaitu bola voli. 
    Bola voli merupakan sebuah benda yang biasa digunakan orang-orang untuk bermain atau melakukan kegiatan olahraga, begitupun dengan saya. Benda tersebut menurut saya memiliki sebuah memori yang saya tidak bisa lupakan karena bola voli memiliki kisah tersendiri di hidup saya. Sejak kecil saya selalu tidak betah terhadap apa yang saya sukai atau lakukan seperti halnya dalam mendalami sebuah kegiatan. Pada saat masih SD saya tidak begitu suka bermain bola voli karena menurut saya memainkannya sangat melelahkan dan tangan saya menjadi sakit saat bermain. Tetapi semua itu berubah ketika saya di paksa ibu saya untuk mengikuti klub bola voli dimana kakak-kakak saya juga mengikuti pelatihan bola voli disana. Ibu saya sangat menyukai bola voli maka dari itu, ia ingin semua anaknya menjadi pemain voli. Tetapi karena saya tidak suka mengikuti klub bola voli tersebut, saya pun berhenti, dan ibu saya pun menyerah memaksa saya untuk pergi latihan bola voli. 
    Tetapi saat saya memasuki SMP saya bermain bola voli lagi yaitu dengan mengikuti ekskul bola voli di sekolah saya dikarenakan saya bingung mengikuti ekskul apa dan yang saya bisa lakukan hanya bermain voli pada saat itu. Saat di SMP saya mulai menyukai bola voli atau bermain voli karena saya bisa bertemu banyak teman-teman yang asik, dan saat smp saya juga mengikuti perlombaan bola voli dan sekolah saya menang. Sejak kemenangan tersebut saya menjadi lebih giat lagi bermain voli yang berlanjut sampai saya memasuki SMA, hingga sekarang meskipun tidak sesering dulu. Bermain bola voli bisa dibilang menjadi hobi saya. Ketika melihat bola voli saya selalu teringat momen saat dimana saya dengan teman-teman sekolah saya bermain dan latihan voli bersama, seperti latihan voli saat hujan-hujan, bolos latihan bersama-sama dan malah nongkrong disalah satu rumah teman saya, serta saat perlombaan dimana tim putra dan tim putri saling mendukung satu sama lain. Begitu banyak momen didalamnya, menurut saya momen tersebut merupakan suatu hal yang sangat berkesan dan menyenangkan untuk diingat.

    Pada semiotika terdapat teori segitiga makna yang berisi tiga konsep atau elemen, yaitu: sign, object, dan interpretant. Teori tersebut dikemukakan oleh Charles Sanders Peirce yang mana ia merupakan salah satu tokoh yang menjadi poros awal pembahasan semiotika, atau biasa dikenal sebagai ilmu tentang tanda-tanda. 
Menurut Pierce, sign terdiri dari simbol (muncul melalui sebuah kesepakatan), ikon (muncul melalui perwakilan fisik), dan interpretant (muncul melalui sebab akibat). Sign yang terdapat pada kehidupan sehari-hari saya yaitu ketika saya bermain voli. Dimana ketika memainkan bola voli tersebut pasti saya teringat akan kenangan saat saya masih berada di sekolah menengah.
Berikutnya terdapat elemen object, dimana object diartikan sebagai acuan tanda yang menjadi referensi suatu tanda. Pada cerita saya yang menjadi object adalah sebuah bola voli. Element berikutnya setelah object yaitu ada elemen interpretant, biasa disebut juga sebagai pengguna tanda. Yang mana interpretant adalah sebuah konsep pemikiran seseorang pengguna tanda yang menjadikan tanda tersebut sebagai sebuah makna tertentu. Interpretant pada cerita saya yaitu dimana saya mengaplikasikan bermain bola voli tersebut sebagai kegiatan yang mengisi waktu luang saya atau bisa disebut sebagai hobi saya, lalu disisi lainnya bermain voli biasanya digunakan orang-orang begitupun saya untuk berolahraga agar badan menjadi lebih sehat.

Cerita diatas merupakan salah satu pengalaman yang saya tidak bisa lupakan. Pada cerita tersebut saya juga mendapatkan pemahaman terhadap pembahasan materi hubungan semiotika. Dan pada cerita tersebut bisa disimpulkan bahwa hubungan semiotika dapat ditemui dimanapun seperti contoh diatas yaitu dalam kehidupan sehari-hari. Sekian dari saya, terima kasih.  

Mengidentifikasi Mitos Metonimi dan Metafora pada Jurnal Series ”School 2017”

Mitos : menurut analisis yang telah kami lakukan, mitos yang terdapat pada series School 2017 memperlihatkan aksi karakter utama yang menya...